Perseteruan Palestina – Israel, Bisnis Inggris dan Persekongkolan PBB Yang menyulut Bara Api, Sampai Sekarang Yang Terus Dipelihara Amerika

Perseteruan Palestina – Israel, Bisnis Inggris dan Persekongkolan PBB Yang menyulut Bara Api, Sampai Sekarang Yang Terus Dipelihara Amerika
Spread the love

Perseteruan Palestina – Israel, Bisnis Inggris dan Persekongkolan PBB Yang menyulut Bara Api, Sampai Sekarang Yang Terus Dipelihara Amerika

Banten,-elangmasnews.com, 27/06/2025, Konflik tentang Palestina dan Israel memang sudah ditandai sejak jaman Nabi hinga berlangsung ribuan tahun kemudian, setidaknya mulai kembali mencuat setelah Perang Dunia II dan tejadinya Holocaust — banyaknya orang Yahudi kembali atau berimigrasi ke Palestina, khususnya Israel yang mereka anggap sebagai kampung halaman asal mereka.

Meski sudah ribuan tahun sudah mereka tinggalkan. Dan berusaha mendirikan negara Israel pada tahun 1948 hingga memicu ketegangan dengan penduduk setempat dan sekitarnya — Arab Palestina — yang sudah menetap lama di kawasan tersebut.

Sementara itu, Raja Israel pertama adalah Saul hingga Raja Solomooutra Nabi Daud kerajaan terpecah menjadi dua dan Kerajaan Yehuda Utara berakhir pada tahun 722 Sebelum Masehi.

Sedangkan Kerajaan Yehuda Selatan berakhir 586 sebelum Masehi. Sejak itu hilanglah dinasti Israel yang berasal dari Nabi Ishaq yang menurunkan Nabi Yakub yang membangun trah Isreal.

Namun sejak berakhirnya kedua kerajaan itu — setidaknya sejak 772 SM — Israel sudah ditinggalkan merana dan semua warga Yahudi melanglang buana ke negeri orang.

Begitulah kisah dramatiknya yang terjadi pada 1000 tahun lebih kemudian, kisah Israel kembali mencuat hendak kembali ke kambung halaman yang sudah mereka tinggalkan begitu lama.

Hingga setelah mengalami pengusiran dari berbagai negara dimana mereka menumpang, selalu menimbulkan kegaduhan dan keresahan. Begitulah sejarah dunia mencatat terusirnya orang-orang Yahudi dari Prancis tahun 1182, diusir dari Inggris tahun 1290, diusir dari Spanyol tahun 1492, diusir dari Portugal tahun 1497, dan diusir dari Jerman, Itali, Hungaria, Cekoslovakia, Rusia, Swis pada abad 13 dan abad ke-14 yang sungguh tragis karena semua negara atau kerajaan ketika itu tidak hanya mengusir, tetapi memperlakukan diskriminasi berat terhadap Yahudi pada pelbagai periode sejarah yang terkait dengan masalah sosial, ekonomi, agama dan politik.

Karena dalam beragama Yahudi dianggap sebagai kelompok yang berbeda. Antisemitisme khususnya dari Gereja Katolik yang sempat memperlakukan diskriminasi dan pengusiran. Begitu juga stereotip negatif yang melekat dalam masyarakat, acap menyulut sikap permusuhan yang tak terelakkan.

Lalu Inggris yang ingin memanfaatkan Yahudi sebagai pendukung politik kolonial, kepentingan strategis dan tekanan Internasional pada awal abad ke-20 dengan membuat deklarasi Balfour pada tahun 1917 yang menyatakan dukungan untuk “tanah air bagi bangsa Yahudi” di Palestina, setelah sekian lama dan didera oleh berbagai hardikan dan pengusiran dari negara yang mereka tumpangi hingga sekian lama meninggalkan kampung halamannya sendiri.

Deklarasi Balfour itu diterbitkan dalam bentuk surat dari Menteri Luar Negeri Arthur Balfour kepada Lord Rothschild tokoh zionis.

Tragedi ini terjadi saat saat Perang Dunia I, dan Inggris sangat berharap mendapat dukungan dari Yahudi yang berserak di berbagai negara, terutama Amerika Serikat dan Rusia ketika itu yang cukup banyak dihuni oleh Yahudi.

Lalu mandat Inggris atas Palestina tahun 1920-1948, setelah Kekaisaran Ottoman kalah dalam Perang Dunia I, Liga Bangsa-bangsa memberi mandat Palestina kepada Inggris.

Sejak itu, imigrasi Yahudi ke Palestina meningkat tajam. Dan setelah Perang Dunia II dan tragedi Holocaust, tekanan internasional untuk menyediakan tempat bagi Yahudi semakin meningkat di Pakistan, meski telah mendapat penolakan dari penduduk lokal setempat, utamanya bangsa Arab.

Kecuali itu, Inggris ingin mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah, termasuk melakukan aliansi dengan negara Yahudi yang baru.

Akibat konflik Arab-Yahudi semakin memanas, Inggris pun enggan dan takut menjadi pengontrol atau peredam dari perseteruan yang semakin memanas ini.

Hingga akhirnya menyerahkan masalahnya kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) yang justru semakin memperparah keadaan dengan merekomendasikan pembagian wilayah pada tahun 1947 dan Inggris bisa melenggang bebas sejak tahun 1948 hingga Isreal dapat menyatakan kemerdekaannya.

Begitulah bisnis Inggris dan PBB, seakan memberi hak guna usaha lahan di Palestina itu untuk berdirinya Negara Israel yang terus menyulut perseteruan sampai hari ini, tak kunjung padam. Atau bahkan semakin berkobar dan menyala untuk melahap apa saja dan siapa yang terlibat di dalamnya. Terutama Amerika Serikat, tentunya. (**)

Penulis : Jacob Ereste Dewan Penasehat Spiritual DPP LSM ELANG MAS.


Spread the love

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *