Medan,– elangmasnews.com,-Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) melalui Dinas Pendidikan akan menerapkan sistem sekolah lima hari mulai tahun ajaran baru 2025/2026. Kebijakan ini bertujuan untuk menekan angka tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan keterlibatan pelajar dalam geng motor.
Kepala Dinas Pendidikan Sumut, Alexander Sinulingga, menyampaikan bahwa program ini merupakan arahan langsung dari Gubernur Sumut, Bobby Nasution, yang selaras dengan visi-misi kepemimpinannya dalam mewujudkan Sumut yang unggul, maju, dan berkelanjutan.
“Dengan belajar lima hari, siswa akan memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga pada hari Sabtu dan Minggu. Ini akan meningkatkan pengawasan orang tua dan membangun karakter anak sejak dini,” jelas Alexander.
Ia menambahkan, penerapan sekolah lima hari tidak hanya berorientasi pada penguatan pendidikan dan karakter, tetapi juga diharapkan mampu mendorong sektor pariwisata dan UMKM di Sumatera Utara. Program ini akan mulai berlaku serentak untuk jenjang SMA, SMK, dan SLB mulai akhir Juli 2025.
Selain itu, sistem pembelajaran dari Senin hingga Jumat ini memberi ruang bagi siswa untuk aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. “Program ini menjadi pondasi penting dalam pembangunan pendidikan Sumut dan sejalan dengan visi nasional Indonesia Emas 2045,” ujar Alexander.
Terpisah, akademisi dari Universitas Medan Area, Assoc. Prof. Dr. Rudi Salam Sinaga, S.Sos., M.Si., menilai kebijakan ini berdampak positif terhadap interaksi sosial siswa dalam keluarga dan masyarakat. Ia menyoroti bahwa latar belakang pekerjaan orang tua—baik ASN, pegawai swasta, maupun wiraswasta—mempengaruhi bagaimana waktu akhir pekan dihabiskan.
“Program ini akan lebih maksimal jika pemerintah juga mengarahkan aktivitas hari Sabtu untuk kegiatan sosial, budaya, atau lingkungan yang membentuk jati diri pelajar. Dengan begitu, siswa akan terhindar dari pengaruh negatif seperti narkoba, geng motor, atau judi online,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pusat Pendidikan Rakyat (Pusdikra) Sumut, Dr. Mansyur Hidayat Pasaribu, M.Pd., menyambut positif kebijakan ini. Ia menilai sistem pembelajaran full day selama lima hari dapat mengurangi aktivitas negatif siswa karena tubuh mereka akan lebih banyak beristirahat di rumah.
“Interaksi antara siswa dan orang tua juga semakin terbangun, karena waktu di rumah meningkat. Ini baik untuk psikologis siswa, dan bisa menjadi momen membangun kedekatan serta komunikasi yang positif dalam keluarga,” jelas Doktor Manajemen Pendidikan UINSU tersebut.
Hal senada juga disampaikan Kepala Sekolah SMK APIPSU Medan, Masdar Tambusai, S.Ag., yang menyatakan bahwa generasi muda Sumut tidak hanya harus cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara mental, santun secara moral, dan kaya secara kultural.
“Pembelajaran lima hari ini adalah langkah maju untuk mendidik generasi yang berkualitas secara menyeluruh,” ujarnya.
Kebijakan sekolah lima hari ini diharapkan menjadi solusi holistik yang tak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga memperkuat ketahanan keluarga dan sosial di tengah tantangan zaman. *(Tim)*