Pagelaran Do’a & Syair Ayat-ayat Bhuawa Bersama Pemimpin Spiritual Nusantara Sri Eko Sriyanto Galgendu.
Oleh : Jacob Ereste, Dewan Penasehat Spiritual DPP LSM ELANG MAS.
JAKARTA,-elangmasnews.com – Kitab Ma Ha Is Ma Ya memang belum ada, dan baru akan dibuat acara spiritual dengan judul “Pemimpin Diri : Tanggung Jawab Kehidupan” melalui karya sastra Bhuana dalam bahasa Bumi yang dipersembahkan oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu, Pemimpin Spiritual Nusantara yang diperkirakan tak kurang dari 300 halaman dengan melibatkan 77 Nara sumber dalam durasi selama 20 jam non stop.
Acara yang baru akan pertama kalinya dilakukan ini mengakat tema “Do’a dan Syair Ayat-ayat Bhuwana yang terkait dengan ayat-ayat diri Buah Jalan Hidup”.
Dan pagelaran dalam bentuk “Do’a Spiritual Sebagai Testimoni” ini akan dilaksanakan di Antara Heritage Center Jl. Antara No. 89, Pasar Baru, Jakarta Pusat, pada Hari Sabtu hingga Minggu, 2 – 3 Agustus 2025 mulai pukul 09.00 sampai 05.00.
Kita Ma Ha Is Ma Ya ini, menurut Sri Eko Sriyanto Galgendu merupakan refleksi spiritual tentang hubungan manusia dengan Tuhan melalui perantara do’a, saksi dan ajaran Bhuwana yang menekankan pada “jagad” dan “jaman” dengan menyatukan jiwa dalam bahasa Bumi, dengan bahasa tanah.
Acara bernuansa kontemplatif ini menyadarkan rasa tanggung jawab spiritual manusia melalui syair dan do’a yang mengacu pada kitab Ismaya, tokoh penting dalam mitologi dan spiritual Jawa yang lebih dikenal sebagai Semar.
Sosok yang bijak dan pembimbing spiritual ini banyak mengajar tentang kehidupan dan ketuhanan. Ia pun acap diwujudkan melalui tembang dan suluk atau piwulang yang merupakan bagian dari tradisi lisan dan tertulis dalam budaya Jawa.
Ajaran tentang Sumarah, sumeleh dan mituhu menegaskan pentingnya hidup dengan kesadaran spiritual, rendah hati dan menjunjung tinggi budi pekerti yang luhur. Nilai-nilai spiritual tersebut telah menjadi bagian yang integral dalam filosofi hidup masyarakat Jawa yang diwariskan secara turun temurun.
Ayat dari buah jalan hidup dapat dimaknai sebagai kesadaran reflektif terhadap segala bentuk hasil (buah) dari pilihan maupun keputusan dalam menjalani hidup. Adapun makna dari ayat diri sebagai introfeksi, perenungan, penilaian yang jujur atas diri sendiri.
Adapun makna dari buah jalan hidup merupakan konsekuensi logis atas hasil dari keputusan hidup. Sehingga, sebagai pelajaran atau hikmahnya merupakan buah dari pengalaman hidup yang berliku dan panjang.
Artinya, frasa ini menyiratkan bahwa setiap manusia memiliki ruang sunyi untuk merenung, menyadari jejak-jejak hidup yang telah terlewati. Sehingga dapat lebih banyak memetik pelajaran dari semua capaian maupun kegagalan.
Dari 77 nara sumber yang akan terlibat di dalam acara yang akan diterbitkan dalam bentuk “Kitab Ismaya” ini dapat memperoleh pesan spiritual yang mengesankan bagi masing-masing nara sumber hingga dapat diperoleh seusai pagelaran dalam bentuk shop copy.
Kitab Ma Ha Is Ma Ya (fulus secara terpisah-pasah ini) memiliki makna tersendiri semacam sublimasi dari eksistensi Semar, sebagai salah satu tokoh punakawan yang melambangkan kebijaksanaan serta kerendahan hati yang merupakan manifestasi dari dewa yang menyamar menjadi pembimbing manusia berjalan lurus, jujur dan ikhlas, tanpa pamrih.
Dari pagelaran yang spektakuler ini kelak diharap dapat menjadi tonggak baru dalam gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual yang sangat diperlukan bagi manusia pada era global sekarang ini yang serba cepat berubah menuju tatanan dunia baru.
Sehingga mutlak memerlukan etika, moral dan akhlak yang teruji, agar tidak membuat kerusakan kerusakan di bumi, imbuh Sri Eko Sriyanto Galgendu di sela acara diskusi rutin, Kamis-Senin, 12 Juni 2025 di Sekretariat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) Jl. Ir. H. Juanda No. 4 A, Jakarta Pusat. (**)