Muatan Nilai Spiritualitas Dalam Kepemimpinan Gus Dur Yang Unik dan Menarik
Subang,Jabar,-elangmasnews.com – Gus Dur — Abdurrahman Wahid — sebagai tokoh spiritual, sosok intelektual dan pemimpin nasional — sungguh unik dan menarik untuk menjadi panutan. Pemikiran dan gagasannya yang unik — jauh melampaui jalannya — lebih menarik untuk dijadikan bahan studi serta kajian mendalam bagi generasi berikutnya yang ingin memiliki multi disiplin ilmu dan pengetahuan serta cara memandang kehidupan yang sangat komplek, namun bagi Gus Dur semua terkesan dianggap dingin dan santai.
Gus Dur adalah tokoh ulama, intelektual, dan pejuang Hak Asasi Manusia hingga bergelar tokoh pluralisme Indonesia yang telah dia buktikan dengan membekali hak-hak rakyat minoritas — Tionghoa, Ahmadiyah, Kristen dan lainnya — dengan menghapus diskriminasi dan mengakui Imlek sebagai hari libur nasional.
Karena, ia pun terkenal sebagai pemimpin yang humanis lantaran lebih dominan memberi perhatian pada nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Dari berbagai pengalaman spiritual yang telah dilaluinya, ia pun memperoleh julukan sebagai wali intelektual yang mempunyai Karomah, kedalaman spiritual dan memiliki hubungan batin yang erat dengan para kiyai dan ulama terkemuka di Indonesia.
Bahasa Arab Gus Dur pun fasih, meski tak pernah mengaku pernah belajar dengan serius di Mesir. Karena banyak hal selalu dia plesetkan kepada humor dalam pengungkapan yang cerdas dan jenaka. Namun tetap penuh makna dan bernilai filosofis yang tinggi.
Banyak tokoh agama dan intelektual hingga spiritual mengakui Gus Dur sebagai pemimpin yang unik : religius namun progresif, tegas tapi humoris, politisi namun lebih cerdas dan tangkas dalam cara berpikir spiritual.
Nilai-nilai kepemimpinan Gus Dur — sehingga mampu menjadi Presiden Indonesia yang keempat — kata banyak orang mampu memadukan antara kebijaksanaan, keberanian moral dan kemanusiaan yang universal.
Dan yang lebih unik, kepemimpinan Gus Dur dilakukannya dengan hati — tidak lebih mengandalkan otak intelektualitas — hingga dia rela dan berani membela semua warga negara Indonesia tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang orang yang bersangkutan, sehingga selalu membuat hentakan pemikiran yang patut direnungkan.
Sikap pluralisme Gus Dur menjunjung tinggi keberagaman — kebhinekaan — sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga bersama.
Sehingga persatuan dalam perbedaan bisa menjadi semacam orkestra yang harmoni dan pada dalam alunan irama yang indah.
Begitulah akhirnya Gus Dur menduduki jabatan Presiden Indonesia dalam periode 1999 – 2001 dimana sebelumnya telah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada periode 1984 – 1999.
Cucu Pendiri NU, Hadratussyaikh Kyai Haji Hasyim Ashari ini gigih meneruskan upaya untuk mempertahankan ajaran Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja), menjaga tradisi keislaman yang toleran, moderat serta mengakar pada budaya lokal hingga kini memiliki jutaan pengikut yang tangguh dan ulet.
Gus Dur sendiri sebagai generasi penerus sang Kakek justru lebih progresif dan spektakuler melakukan lompatan jauh ke depan, sehingga sungguh terkesan melampaui jamannya.
Lelaki kelahiran Jombang, 7 September 1940 ini wafat pada 30 Desember 2009, tercatat sebagai Presiden Indonesia yang menjabat dalam waktu relatif singkat
Menandai kebangkitan sipil seusai era militeristik Orde Baru yang disela oleh Presiden BJ. Habibie semasa reformasi terjadi tahun 1998 yang melanjutkan kepemimpinan Presiden Soeharto sejak 31 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999.
Pemikiran dan ide spiritual Gus Dur memposisikan manusia di atas politik dan ideologi. Memiliki kemampuan menyatukan sufisme dengan cendekiawan serta bernyali tangguh melawan arus.
Pelopor pluralisme dan kebebasan beragama. Tidak ambisi kekuasaan serta mempunyai sikap kedewasaan spiritualitas dan ikhlas dalam memimpin.
Kecuali itu, kekayaan dari khazanah spiritual yang dimiliki Gus Dur adalah humoris dan mempunyai kelapangan hati yang nyaris tidak berbatas. Karenanya, Gus Dur mampu memimpin dengan tawa dan kasih serta hati yang ringan dan dingin. (*)
By : Sunarto Amrullah Ketum DPP LSM ELANG MAS & Jacob Ereste