Banten, elangmasnews.com,- 25 Juli 2025 — Penasehat DPP Elangmas, Jacob Ereste, menyampaikan pandangannya yang tajam dan kritis terhadap pemikiran Indra Adil tentang kecemasan akan dominasi Artificial Intelligence (AI) dan ChatGPT. Melalui refleksi spiritual dan moralitas, Ereste menegaskan bahwa AI dan ChatGPT hanyalah alat, bukan ancaman eksistensial bagi manusia.
Menurut Ereste, kekhawatiran yang diungkapkan oleh aktivis senior Indra Adil dalam tulisannya “Menorehkan Adab dan Akhlak pada ChatGPT” terlalu berlebihan dan berangkat dari ketakutan yang bersifat spekulatif. Indra Adil mengkhawatirkan bahwa AI dan ChatGPT suatu hari bisa menjadi “penguasa” atau bahkan “super manusia” yang menandingi Tuhan.
“Ini pemikiran yang menyesatkan,” tegas Ereste. “Bagaimanapun, AI tidak memiliki ruh, perasaan, dan batin seperti manusia. Mesin tidak punya hasrat, tidak bisa jatuh cinta, tidak punya keinginan memiliki anak sholeh dan sholehah. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk takut AI akan menggantikan manusia.”
Ereste menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual dan moral manusia adalah anugerah Tuhan yang tidak dapat ditiru oleh teknologi secanggih apapun. Ia menilai bahwa ketakutan terhadap AI justru lahir dari ketidaksiapan spiritual, bukan ancaman nyata dari teknologi itu sendiri.
“AI memang cerdas dalam merespon dan memahami bahasa manusia, tetapi keputusan tetap ada di tangan manusia. AI hanya bekerja berdasarkan data. Ia tidak bisa berkehendak,” lanjutnya.
Merespons pernyataan Elon Musk yang menyebut AI bisa lebih berbahaya dari bom nuklir, Ereste menilai hal itu sebagai bentuk provokasi yang bisa memperkeruh pemahaman masyarakat terhadap teknologi. “Jika kita menyikapi AI dengan bijak, maka ia akan tetap menjadi alat bantu, bukan alat yang memperalat manusia,” ujar dia.
Meski demikian, Ereste tetap memberi apresiasi kepada Indra Adil atas kegigihannya dalam menjaga nilai-nilai spiritualitas di tengah derasnya perkembangan teknologi. Ia menyebut semangat Indra Adil sebagai bagian dari gerakan kebangkitan kesadaran spiritual yang sangat dibutuhkan bangsa ini.
“Kerusakan di negeri kita bukan karena rakyatnya bodoh, tapi karena kehilangan etika, moral, dan akhlak. Maka, solusinya bukan menakuti AI, tapi membenahi diri dengan spiritualitas yang benar,” pungkasnya.
Ereste menutup pernyataannya dengan menyerukan agar bangsa Indonesia tidak terjebak dalam ketakutan yang tidak berdasar terhadap teknologi, melainkan fokus memperkuat jati diri manusia melalui adab, akhlak, dan kecerdasan spiritual.(Red)