Jejak Digital Penjual Es Cream Bongkar Dana BOS di Subang, Guru Diduga Pembocor Informasi.
Subang,Jawa Barat,-elangmasnews.com – Sebuah investigasi mendalam yang dilakukan oleh Triberita.com mengungkap dugaan praktik pungutan liar (pungli) terkait dana BOS di wilayah Korwil Dinas Pendidikan Ciasem, Subang.
Sorotan utama tertuju pada inisial M, seorang guru yang diduga menjadi penyebar informasi ini ke publik melalui akun Instagram @broron.
Investigasi Triberita.com di Ciasem melibatkan wawancara dengan sejumlah pihak terkait, termasuk Ace Rochman, Kepala Korwil Dinas Pendidikan Ciasem; Kepala Sekolah SD Sukamandi 01 dan Staf Korwil Gugun, yang namanya disebut hingga tiga kali dalam unggahan akun Instagram @broron.
Keterkaitan Kekeluargaan dan Tekanan Jabatan Baru
Hasil penelusuran menunjukkan adanya ikatan kekeluargaan antara Gugun dan inisial M; M diketahui merupakan keponakan dari Gugun.
Kepala Korwil Dinas Pendidikan Ciasem, Ace Rochman, mengungkapkan, bahwa ia merasa tertekan lantaran tidak mengetahui duduk persoalan secara detail karena baru menjabat selama tiga bulan di Korwil Ciasem.
Gugun sendiri dalam keterangannya membantah melakukan pungli kepada setiap sekolah. Ia menyatakan bahwa jika pun ada, hal itu bersifat sukarela.
Dampak dari mencuatnya kasus ini sangat dirasakan oleh Kepala Sekolah SD Sukamandi 01. Ia mengaku merasa tertekan dan resah karena banyaknya organisasi masyarakat (ormas), LSM, dan wartawan di wilayah Pantura yang datang meminta keterangan terkait insiden ini.
Profil Inisial M dan Kekecewaan Keluarga
Triberita.com berhasil mendapatkan profil inisial M, yang digambarkan sebagai seorang wanita berhijab dengan postur tubuh agak besar, berkacamata.
Ia dikenal pandai berbahasa Inggris dan dikabarkan merupakan salah satu guru jebolan pengajar Al Azhar.
“Dia (M) masih satu saudara dengan saya, adik dari istri saya,” kata Gugun.
Namun, Gugun merasa terpukul karena dalam permasalahan ini, M tidak mau mengakui dirinya sebagai saudaranya.
Tindakan M yang memberikan informasi internal dinas pendidikan kepada pihak luar, bahkan mengunggahnya ke media sosial Instagram, dinilai tidak dibenarkan.
Investigasi Triberita.com dilanjutkan ke Dewan Pendidikan Kabupaten Subang, yang sebelumnya dikabarkan telah melakukan wawancara lengkap dengan pihak-pihak yang terlibat dalam kisruh dana BOS di Kecamatan Ciasem.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Subang, Eliys Langi, yang baru saja dilantik, angkat bicara menyikapi dugaan pungli yang melibatkan 15 sekolah di wilayah Ciasem.
Eliys Langi mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima penugasan langsung dari Bupati Subang untuk menelusuri kejadian yang meresahkan ini.
Menurut Hj. Eliys Langi, kronologi permasalahan ini bermula pada malam Sabtu, saat informasi mengenai pungutan di Ciasem menjadi perbincangan hangat di Instagram.
Keesokan harinya, ia langsung menelusuri dengan berkomunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan.
Dalam penelusuran tersebut, berkumpulah beberapa pihak terkait, antara lain Kepala Dinas Pendidikan Subang, Mantan Ketua Korwil Ciasem Pak Asep, Kepala Sekolah Sukamandi I Pak Haji Dudi, dan Pak Gugun.
“Kami duduk bareng mempertanyakan bagaimana itu sampai bisa muncul ke IG,” jelas Eliys Langi.
Dari hasil pertemuan tersebut, Pak Gugun mengakui adanya pungutan anggaran dari 15 sekolah. Namun, ia menjelaskan bahwa pungutan tersebut bersifat sukarela dan seikhlasnya, diperuntukkan sebagai Biaya Operasional Pendidikan (BOP) untuk keperluan perjalanan ke Kabupaten.
“Variasi Pak, karena seikhlasnya,” kata Eliys Langi menirukan pengakuan Pak Gugun, dengan besaran sumbangan bervariasi antara Rp500.000 hingga Rp1.200.000.
Dana ini diklaim untuk menutupi biaya operasional perjalanan ke kota Subang, karena Korwil sendiri tidak memiliki anggaran yang memadai selain untuk listrik dan air.
Dugaan Keterlibatan M dan Permintaan Penegasan Hukum
Penyelidikan lebih lanjut mengarah pada seorang guru honorer berinisial M, yang dulunya merupakan anak dari kepala sekolah.
“Satu per satu guru itu ditanya hampir sama semuanya. Bahwa akun tersebut tulisannya dari ininya menuju ke seseorang yang namanya M,” ungkap Eliys Langi.
Meskipun demikian, guru berinisial M tersebut tidak mengakui dan bahkan bersumpah untuk menuntut jika namanya tercemar. Eliys Langi bahkan memiliki rekaman pernyataan tersebut.
Eliys Langi berharap pemerintah dapat menindaklanjuti kasus ini untuk memberikan efek jera, atau setidaknya memberikan teguran.
Ia juga mengingatkan agar permasalahan internal tidak diekspos melalui media sosial, karena dapat merugikan semua pihak.
“Betul, merugikan semuanya. Kabupaten Subang akhirnya rugi, namanya tercemar,” keluhnya.
Dampak Media Sosial dan Urgensi Alokasi Anggaran Korwil
Dampak dari penyebaran informasi ini melalui media sosial sangat dirasakan. Anggaran yang seharusnya masuk ke Subang berpotensi terhambat, dan Kabupaten Subang sendiri menjadi tercoreng.
“Dinas Pendidikan sama saya akun sebagai Dewan Pendidikan dengan teman-teman. Akhirnya kan ikut repot juga,” imbuhnya.
Media dan LSM pun hampir setiap hari datang menanyakan perkembangan kasus ini.
Eliys Langi menekankan pentingnya pengalokasian anggaran bagi Korwil agar tidak mengganggu anggaran BOS atau sekolah.
Mengenai definisi pungli, ia menjelaskan bahwa pungli adalah untuk kepentingan pribadi, sementara kasus ini diklaim untuk kepentingan lembaga.
“Kalau menurut saya bingung. Kalau saya bicara Pungli juga takut salah. Bicara enggak juga takut salah,” tuturnya. Namun, ia menegaskan bahwa hasil penelusurannya menunjukkan bahwa mereka patungan untuk kegiatan ke kabupaten.
Eliys Langi menyatakan bahwa kasus ini belum selesai dan harus ditindaklanjuti. Pihaknya siap membantu untuk meluruskan kebenaran.
“Kalau mau ditindak ya tindak. Kalau tidak diabaikan kan akhirnya jadi borak liar. Borak panas yang liar kemana-mana,” ujarnya.
Sosok Tukang Es Cream :
Kekhawatiran muncul adanya pihak yang memanfaatkan situasi ini. Berdasarkan pengakuan beberapa guru, pemilik akun @broron yang menyebarkan informasi tersebut pernah datang ke sekolah menyamar sebagai tukang es Cream, diduga untuk mencari dokumen atau informasi.
“Itu yang punya akun tersebut pernah datang ke sekolah. Dia nyamar sebagai tukang es Cream,” kata Eliys Langi.
Sebagai penutup, Eliys Langi mengimbau agar kejadian serupa tidak terulang kembali demi menjaga nama baik Kabupaten Subang.
Ia meminta agar permasalahan internal organisasi atau lembaga dapat diselesaikan secara internal tanpa harus diekspos ke media sosial, mengingat dampaknya yang luas dan merugikan. (*)