Gerakan Spontan Dari Kedalaman Hati Merupakan Refleksi Nyata Spiritualitas Yang Telah Terasah

Gerakan Spontan Dari Kedalaman Hati Merupakan Refleksi Nyata Spiritualitas Yang Telah Terasah
Spread the love

Banten ,- elangmasnews.com,-Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain diperlukan kemampuan melihat, mendengar apa yang dikatakan secara verbal dan non verbal — seperti mimik dan air muka serta sorot matanya — yang ikut berbicara untuk mengatakan apa yang sesungguhnya dia maksudkan dari bahas ucapnya yang tidak cuma verbal itu, tetapi tercermin dari seluruh gerak tubuhnya yang mengekspresikan apa yang sesungguhnya dia maksudkan.

Sikap empati bagi seseorang untuk mengerti perasaan yang sesungguhnya sedang dialami oleh orang itu merupakan kemampuan yang tidak dimiliki oleh banyak orang, kecuali hanya bagi mereka yang rajin dan konsisten mengasah kepekaan daro naluri daya tangkapnya yang peka. Karena itu, sensitivitas perlu dimiliki dan dikelola dengan baik untuk menjadi daya kekuatan yang lebih dari orang banyak yang abai pada kepekaan perasaan untuk menjaga dan meningkatkan sikap empati yang sangat diperlukan untuk menghargai keberadaan dari orang lain. Bahkan, termasuk terhadap semua makhluk ciptaan Tuhan yang lain.

Hingga akhirnya sikap empati dapat menjadi cara terbaik untuk menghargai perbedaan antara diri kita dengan diri orang lain dalam berbagai bentuk tampilan, karakter serta sikap yang mungkin tidak sama dengan yang kita miliki.

Sikap empati itu dapat terbentuk dengan cepat dan baik berkat ilmu dan pengetahuan serta pengalaman empiris yang pernah dialami dan langsung dirasakan, termasuk dari pelarian yang sangat mengesankan dari pengalaman atau kejadian yang pernah dialami oleh orang lain. Sehingga kita, cukup mengambil hikmah dan manfaat dari pembelajaran yang termaktub secara tersirat dari pengalaman orang lain itu.

Respons empatik yang mampu dilakukan atas pemahaman terhadap suatu peristiwa atau kejadian akan jadi penanda suatu pemahaman serta kepedulian yang dilakukan, sebagai bagian dari suatu sikap kesadaran dari kepribadian yang luhur sebagai khalifatullah — wakil Tuhan di bumi. Karena itu, keyakinan dan kepercayaan dari agama terhadap manusia adalah penerima rahmat lil alamin dari petunjuk jalan yang lurus.

Daya empati sesungguhnya beranjak dari kecermatan mengamati lalu menghayati beragam isyarat non verbal untuk menangkap perasaan yang menyemburat tanpa disebut maupun berwujud nyata, sehingga hanya kesan dan isyaratnya saja yang tertangkap oleh indra ke tujuh yang sangat peka dan sungguh sensitif, jauh melebihi kabel optik.

Empati pun dapat menjadi suatu keterampilan yang terasah sehingga memiliki ketajaman daya tangkap semua senyal yang semburat dari gerak.yang seminim mungkin, hingga lebih lembut dari hembusan angin. Sehingga manfaatnya jelas dapat meningkatkan frekuensi hubungan serta jalinan terhadap semua individu serta terbangunnya kepercayaan dari semua pihak yang tersentuh untuk semakin erat melekat dalam suatu ikatan persahabatan untuk terus meningkat jadi persaudaraan yang tiada lagi terdekat.

Modal kesadaran sosial yang sangat diperlukan ini sesungguhnya merupakan bagian penting dari usaha pencaharian dalam kawasan spiritual yang tiada terbatas, hingga mampu menembus langit.

Begitulah kecerdasan spiritual melebihi kecerdasan serta kemampuan dari intelektualitas yang mampu memahami dan menerima realitas di langit, seperti isra dan mi’raj yang berlangsung hanya dalam satu malam saja. Padahal, menurut para ahli metafisika, perjalanan sejauh itu hanya bisa dilakukan oleh pesawat super canggih dengan kecepatan setara cahaya dalam jangka waktu bertahun-tahun lamanya.

Gerak kecepatan empati pun yang telah terlatih dan terasah akan secepat itu juga reaksi dan responsifnya, seperti kilat berterbangan di langit, tanpa pernah diketahui persis siapa yang melakukan dan menggerakkannya.(Red)


Spread the love

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *