Lamongan, elangmasnew.com, Festival Adat Budaya Nusantara yang digadang-gadang menjadi ajang perayaan keberagaman dan warisan budaya bangsa tercoreng insiden memalukan yang melibatkan dua warga, Suharjanto Widhiyatno (51) dan Ainy Hidayat alias Dayat (54).
Alih-alih memperlihatkan keluhuran nilai budaya, keduanya justru mempertontonkan ego dan tindakan tidak terpuji di tengah ribuan tamu dan tokoh adat dari seluruh penjuru Nusantara.
Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (18/10/2025) sore itu bermula saat Suharjanto nekat menerobos area eksklusif yang diperuntukkan bagi tamu kehormatan dan raja-raja adat.
Dengan dalih hendak mengantarkan pesan dari Mbah Saeran kepada pejabat daerah, ia bertindak di luar koridor yang telah ditetapkan panitia.
Tindakannya tidak hanya menyalahi aturan, tapi juga menunjukkan ketidakpekaan terhadap tata tertib dan tata krama dalam acara resmi kebudayaan.
Namun, bukannya ditangani secara profesional oleh panitia atau petugas keamanan, muncul sosok Dayat, warga biasa yang bukan bagian dari struktur resmi acara.
Dalam situasi yang memanas, Dayat justru memilih menggunakan kekerasan fisik dengan melayangkan pukulan ke wajah Widhi.
“Akibat pukulan tersebut, korban mengalami luka robek pada bibir bagian atas dan bawah,” jelas Kasi
Humas Polres Lamongan, Ipda Hamzaid. Pihak kepolisian telah menerima laporan penganiayaan dan tengah melakukan penyelidikan berdasarkan Pasal 351 KUHP. Minggu (19/10/2025).
Insiden ini memunculkan kekecewaan mendalam dari masyarakat. Yanto, salah satu penonton kirab, menyayangkan tindakan kedua belah pihak yang menurutnya sama-sama mencoreng nilai acara. “Festival ini harusnya jadi ruang kita belajar menghargai perbedaan dan menjaga adat. Tapi malah ada yang bertindak semena-mena, seolah tak paham makna budaya itu sendiri,” ujarnya.
Nada serupa juga disampaikan Suwandi, penonton lain yang turut menyaksikan kericuhan.
“Apakah dua orang ini benar-benar tak paham bahwa mereka sedang berada di forum budaya. Apakah rasa hormat dan tenggang rasa kini sudah hilang sampai-sampai masalah sepele harus diselesaikan dengan kekerasan” tegasnya.
Festival yang mestinya menjadi simbol persatuan dan kebanggaan, justru ternoda oleh aksi kekanak-kanakan yang mengundang malu.
Ketika nilai budaya hanya dijadikan formalitas dan panggung seremonial, maka tak heran jika tindakan tidak beradab bisa terjadi bahkan di tengah perayaan adat itu sendiri.(Red)