Sungai Tercemar, Ikan Menghilang: Jeritan Warga OKU Terkubur Tambang dan Sawit

Sungai Tercemar, Ikan Menghilang: Jeritan Warga OKU Terkubur Tambang dan Sawit
Spread the love

Elangmasnews.com,Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan — Warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) kini menghadapi krisis lingkungan yang sangat memprihatinkan. Air sungai yang dahulu jernih dan menjadi sumber kehidupan warga kini berubah menjadi keruh pekat, bahkan tampak seperti mengandung minyak. Perubahan drastis ini diduga kuat sebagai dampak dari aktivitas tambang batu bara dan pembukaan lahan kelapa sawit yang marak terjadi di kawasan hulu sungai.

Selama bertahun-tahun, sungai Ogan menjadi tumpuan hidup warga untuk mandi, mencuci, dan mengambil air bersih. Kini, harapan itu sirna. Warga di dusun-dusun sekitar aliran sungai, terutama di daerah hilir, mengeluhkan pencemaran yang parah. Tidak hanya itu, ikan-ikan yang dulunya melimpah kini hilang sama sekali. Ekosistem sungai rusak, dan ketahanan pangan warga pun terganggu.

Menurut pengakuan sejumlah warga, air sungai kini berbau menyengat dan berwarna cokelat pekat. Permukaannya mengkilap seperti dilapisi minyak, diduga akibat limbah tambang batu bara dan limbah kimia dari industri. Anak-anak dilarang mandi di sungai karena kekhawatiran akan risiko penyakit kulit, sementara kaum ibu terpaksa membeli air bersih dengan biaya tinggi.

Kemarahan warga semakin memuncak karena laporan-laporan yang sudah diajukan kepada pemerintah setempat tak kunjung mendapat tanggapan. “Kami sudah beberapa kali menyampaikan keluhan ke pihak desa dan kecamatan, tapi hasilnya nol. Seolah-olah kami ini tidak dianggap,” ujar seorang warga yang enggan disebut namanya. Kekecewaan warga bahkan sampai pada titik ekstrem. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa mereka sudah muak dan kehilangan harapan akan perubahan.

Di sisi lain, aktivitas pembukaan lahan sawit di kawasan hulu juga ikut memperparah keadaan. Penebangan hutan dan perubahan fungsi lahan menyebabkan sedimentasi dan pencemaran air semakin parah. Tanah yang longsor dari perbukitan hulu terbawa ke sungai, menyebabkan pendangkalan dan mempercepat kerusakan aliran air.

Warga mempertanyakan sikap pasif para pejabat daerah. Mereka bertanya-tanya, di mana peran Bupati, DPRD, Camat, bahkan aparat keamanan seperti TNI dan POLRI? “Mereka dipilih oleh rakyat, seharusnya membela rakyat. Tapi sekarang kami tidak merasa dilindungi,” tambah warga lainnya dengan nada kecewa.

Sejumlah tokoh masyarakat menyerukan agar kepala desa di wilayah terdampak bersatu dengan warga untuk mengambil tindakan konkret. Jika perusahaan tambang dan sawit tidak patuh terhadap aturan lingkungan dan tidak mau mengikuti arahan pemerintah, maka warga menganggap penutupan paksa adalah satu-satunya jalan. “Kami bukan anti-investasi, tapi kami menolak mati pelan-pelan karena ulah perusahaan yang tidak bertanggung jawab,” tegas salah satu tokoh desa.

Warga berharap pemerintah daerah maupun provinsi segera turun tangan secara serius. Investigasi dan penindakan terhadap perusahaan-perusahaan yang menyebabkan pencemaran harus dilakukan tanpa kompromi. Jika tidak, bencana ekologi yang lebih besar bisa terjadi. Krisis ini bukan hanya tentang kerusakan lingkungan, tetapi juga soal hak hidup dan masa depan rakyat yang tinggal di tepian sungai.

Penulis:( M.TOHIR ).*
Sumber Berita: Masyarakat

 

 

 


Spread the love

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *