Tebet Barat, elangmasnees.com,- 12 Mei 2025 – Konsep manajemen wangsit yang diperkenalkan oleh Wowok Prastowo, berdasarkan pengalaman spiritualnya selama lebih dari tiga dekade mendampingi Pemimpin Spiritual Nusantara, Sri Eko Sriyanto Galgendu, mengemuka sebagai pendekatan unik dalam memahami gerak hidup berdasarkan bisikan batin dan intuisi, bukan sekadar rasionalitas.
Dalam kesaksiannya, Wowok menegaskan bahwa manajemen wangsit bukanlah praktik klenik sebagaimana sering disalahpahami. Sebaliknya, ini merupakan bentuk kecerdasan spiritual yang berakar dari kesadaran rasa, insting, naluri, dan firasat yang muncul dari dalam kalbu. “Segala sesuatu dalam ranah spiritual tidak bisa selalu dijelaskan dengan logika,” ujarnya.
Konsep ini menekankan bahwa keputusan penting dalam hidup terkadang lahir dari bisikan batin yang kuat—suatu keyakinan mendalam yang sulit dijangkau nalar, namun memiliki daya dorong nyata. Wowok mencontohkan bagaimana Sri Eko memutuskan menyumbangkan sebuah ambulans meskipun dana yang tersedia sangat terbatas. Keputusan itu diambil bukan karena perhitungan logis, melainkan dorongan hati yang diyakini sebagai petunjuk dari langit.
“Dalam manajemen wangsit, kehendak spiritual bisa datang tiba-tiba—baik untuk memberi bantuan, mengunjungi tempat tertentu, atau menunda tindakan yang menurut logika sangat menjanjikan,” kata Wowok.
Sebagai asisten dan staf ahli Sri Eko, Wowok menyaksikan sendiri bagaimana pendekatan ini membentuk laku hidup spiritual yang konsisten. Dalam banyak kejadian, keputusan berdasarkan intuisi justru membawa hasil yang mendalam, meski sering kali tak terduga oleh akal sehat.
Kini, melalui Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI), Sri Eko lebih banyak menyuarakan pesan moral dan spiritual dengan menggunakan apa yang disebut Prof. Ravik Karsidi sebagai “bahasa langit”—sebuah ungkapan dari nilai-nilai batiniah yang lahir dari ruang terdalam kesadaran manusia.
Wowok Prastowo menegaskan, manajemen wangsit adalah bagian dari khazanah spiritual Nusantara yang luas dan dalam. Ia mengajak masyarakat untuk memahami bahwa tidak semua kebenaran bisa diukur dengan nalar, karena ada banyak hal yang hanya bisa dirasakan dengan hati yang bening.(Red)