Banten, elangmasnewd.com,- 24 April 2025– Sebuah babak baru dalam relasi antara agama, spiritualitas, dan teknologi dibuka oleh pemikir dan aktivis sosial, Denny JA, dalam sesi ketiga Estetika Fellowship Workshop yang digelar 23 April 2025. Dalam forum itu, ia mengusulkan pembentukan *Pusat Studi Agama dan Spiritualitas Era AI*, sebagai respons atas munculnya era di mana spiritualitas tak hanya dimaknai oleh manusia, tapi juga oleh kecerdasan buatan (AI).
Denny JA menegaskan bahwa AI kini telah melampaui batas kemampuan manusia dalam menafsirkan teks-teks suci lintas agama, mazhab, dan zaman. Dalam hitungan menit, AI dapat membaca dan mengolah jutaan dokumen dari berbagai belahan dunia dan spektrum kepercayaan. Dari kemampuannya ini, AI bukan sekadar penyedia informasi, tetapi juga pemantik tafsir spiritualitas yang lebih inklusif dan universal.
Langkah konkret dari gagasan ini diwujudkan melalui kerja sama Forum Esoterika Spiritual dengan sembilan perguruan tinggi lintas tradisi di Indonesia. Kesembilan institusi tersebut mencakup UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Kristen Indonesia, IPMI International Business School, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, IAIN Ambon, STAB Sriwijaya Palembang, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, dan President University.
Forum Esoterika yang digagas Denny JA juga terinspirasi dari “teologi pembebasan” Amerika Latin, sebuah gerakan yang tidak hanya berkutat dalam ruang akademik tetapi juga hadir membela kaum tertindas. Menurut Denny, spiritualitas di era AI harus lahir dari kesadaran akan luka sejarah, konflik sosial, dan kebutuhan akan makna yang baru dalam kehidupan modern.
Data dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa konflik keagamaan dan etnis seperti yang pernah terjadi di Ambon, Jakarta, Kalimantan Tengah, Lampung, dan Mataram telah cukup menjadi pelajaran. Denny menekankan perlunya spiritualitas baru sebagai upaya mencegah kemunduran peradaban dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih damai dan adil.
Dalam konteks ini, spiritualitas tidak ditujukan untuk menggantikan iman lama, melainkan untuk menyalakan kembali cahaya kasih, pengertian, dan keadilan. Inisiatif ini juga diarahkan untuk membentuk kurikulum baru serta membangun forum lintas iman dan lintas disiplin di dunia pendidikan.
Gerakan ini mendapat gema kuat dari GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia), yang kini diteruskan oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu, penerus wasiat Paku Buwono XII dan Gus Dur. GMRI dinilai telah meletakkan fondasi kebangkitan spiritual sejak 30 tahun lalu, yang kini mulai tumbuh subur di taman akademik Tanah Air.
Dengan modal kekayaan spiritual yang dimiliki oleh bangsa Nusantara, Denny JA dan para tokoh pendukungnya meyakini bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat persemaian spiritualitas dunia di era kecerdasan buatan.(Red)