elangmasnews.com,- 21 April 2025,- Raden Ajeng Kartini, salah satu tokoh perempuan Indonesia yang dianggap sebagai pejuang kebangkitan kaum perempuan sebelum Indonesia merdeka. Wanita kelahiran Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879 seterusnya dijadikan hari peringatan bagi perempuan Indonesia.
Padahal sosok perempuan perkasa Indonesia sebelumnya cukup banyak, misalnya Tjut Nya’ Dhien yang melanjutkan perjuangan suaminya, Teuku Umar yang gugur dalam pertempuran melawan penjajah.
Jauh sebelumnya pun ada pejuang wanita perkasa lainnya, yaitu Laksamana perempuan Indonesia pertama, Keumalahayati dari Kesultanan Aceh. Reputasinya mampu memimpin pasukan 2.000 para janda yang ditinggal gugur para suami mereka saat berperang menghadapi penjajah.
Laksamana Keumalahayati pun mampu membunuh Cornelis de Houtman saat kapalnya diserbu pada tahun 1599. Dan Keumalahayati gugur pada tahun 1615 saat mempertahankan Teluk Krueng Raya yang menjadi Pos Pertahanannya bersama pasukan khusus para janda pahlawan suku bangsa Aceh.
Ada juga Martha Christina Tiahatu putri dari Kapiten Paulus Tiahatu dari Maluku yang wafat saat dibawa Belanda ke pengasingannya, hingga jasadnya dibuang ke laut.
Dan ada juga Tjut Nya’ Meutia yang melanjutkan perjuangan suaminya setelah gugur melawan Belanda hingga Tjut Nya’ Meutia pun gugur pada 24 Oktober 1910.
Selain itu, perempuan Indonesia perkasa yang ikut menghantar kemerdekaan cukup banyak. Seperti Ratu Nahrasyiah dari Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke -15. Sehingga sosok Ratu Nahrasiyah menjadi simbol kepemimpinan perempuan dalam sejarah kerajaan Islam di Nusantara.
Lalu ada pula Opu Daeng Risadju dari Sulawesi Selatan yang sangat terkenal menghadapi tentara Nica. Ia mampu memobilisasi para pemuda — tak hanya wanita — untuk melawan penjajah Belanda dalam upaya mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Begitu juga Nyi Ageng Serang hingga usia 73 tahun masih aktif memimpin pasukan yang dikomandoi ya dan aktif sebagai penasehat Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah. Seperti Siti Manggopoh pejuang wanita dari Lubuk Basung, Agam, Sumatra Barat yang menentang terhadap pajak yang ditetapkan oleh Belanda.
Persis semacam yang perjuangan Andi Depu Maraddia Balanipa pahlawan wanita dari Sulawesi Barat yang berhasil mempertahankan Polewali Mandar dari ambisi kekuasaan Belanda, serta mampu mengibarkan bendera merah putih pada jaman penjajahan Jepang.
Termasuk Hajjah Rangkayo Rasuna Said orator ulung yang gigih memperjuangkan hak kaum pribumi dan emansipasi perempuan Indonesia, seperti Nyai Ahmad Dahlan dari Pengurus Pusat Muhammadiyah, Yogyakarta, aktif menggerakkan pendidikan dan Dakhwah untuk kaum perempuan hingga layak memperoleh gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah Indonesia pada tahun 1971.
Di Sulawesi Utara ada juga tokoh perempuan perkasa Indonesia, Maria Walanda Maramis. Ia aktif mendorong perempuan Indonesia melalui organisasi dan bidang pendidikan.
Demikian juga dengan Dewi Sartika tokoh wanita dari Pasundan yang mendirikan Sekolah Keutamaan Istri di Bandung pada tahun 1904 dengan penekanan pada keahlian serta keterampilan bagi kaum perempuan.
Agaknya, karakter dari wanita pejuang suku bangsa Nusantara hingga menghantar Indonesia merdeka dengan terus mendorong masuk ke dalam pintu gerbang kemerdekaan untuk masuk ke ruang Indonesia Emas tahun 2045, tampak sedang dilakukan oleh kaum perempuan Indonesia sampai hari ini.
Melalui berbagai aktivitas dan kegiatan ekonomi, politik dan sosial serta budaya hingga keagamaan untuk menjadi basis pertahanan dan ketahanan bangsa dan negara Indonesia di masa mendatang.
Sejumlah sosok wanita suku bangsa Nusantara yang ikut menghantar Indonesia merdeka dan kini siap mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia untuk lebih bermakna di masa depan.
Begitulah tampaknya dari beragam kegiatan dan aktivitas kaum perempuan Indonesia yang tak jarang berada pada barisan terdepan dalam berbagai upaya dan bentuk perjuangan yang diorientasikan untuk rakyat. (S.Amrullah)
